Pages

RSS

Thursday, March 29, 2007

Jawabku...

Genapnya usia ku kini (jie...neng tambah dewasa nech??), banyak pertanyaan yang setiap kali berkelebat dalam rutinitasnya. Kapan neng? Ayo neng...

Hmmm...mungkin ini sedikit jawabku (edit dikit dari tulisan teman boleh donk!)


Jika kita kehilangan cinta, maka pasti ada alasan di baliknya.
Alasan yang kadang sulit untuk dimengerti, namun kita tetap harus percaya bahwa ketika Ia mengambil sesuatu, Ia telah siap memberi yang lebih baik.


Menunggu...

Mengapa menunggu?
Karena walaupun kita ingin mengambil satu keputusan, kita tidak ingin tergesa-gesa.
Karena walaupun kita ingin cepat-cepat, kita tidak ingin sembrono.
Jika ingin berlari, belajarlah berjalan duhulu,
Jika ingin berenang, belajarlah mengapung dahulu,
Jika ingin dicintai, belajarlah mencintai dahulu.
Tetap lebih baik menunggu orang yang kita cintai, ketimbang memuaskan diri dengan apa yang ada. Tetap lebih baik menunggu orang yang tepat.

Karena hidup ini terlampau singkat untuk dilewatkan bersama pilihan yang salah, karena menunggu mempunyai tujuan yang mulia dan misterius.
Bunga tidak mekar dalam waktu semalam, kota Roma tidak dibangun dalam sehari.
Kehidupan dirajut dalam rahim selama sembilan bulan.
Cinta yang agung terus bertumbuh selama kehidupan.
Kebanyakan hal yang indah dalam hidup memerlukan waktu yang lama, dan penantian kita tidaklah sia-sia.
Walaupun menunggu membutuhkan banyak hal, iman, keberanian, dan pengharapan penantian menjanjikan satu hal yang tidak dapat seorangpun bayangkan.
Pada akhirnya, Tuhan dalam segala hikmat-Nya, meminta kita menunggu, karena alasan yang penting.

Friday, March 23, 2007

Wasiat dari kakek

Entah kenapa, hari itu ia ingin sekali menjenguk kakeknya. ‘Baba’ begitu ia memanggil kakek kesayangannya. Tanpa ragu, ia berangkat berkunjung kerumah kakek.

Sang kakek sedang tidur-tiduran dalam ‘bale’ panjang dikamarnya. Pemuda itu mendekat dan menyapa hangat. Sang kakek gembira dengan kedatangannya. Kedatangannya disambut dengan senyum ramah dari gurat tua wajahnya. Kakek bangkit duduk mendekatinya. Ia meminta tolong untuk dipijat, dikerik badannya karena merasa kurang enak badan. Pemuda itu pun menurutinya.

”Abang...liat Asep didepan?”

Abang, panggilan untuk pemuda itu. Sedangkan Asep adalah bocah kecil yang kini tinggal dirumah kakek. Masih ada hubungan saudara jauh. Ia diasuh karena ia yatim, kakek itu sangat memuliakan dan ingin selalu menjaga anak yatim. Jadi, asep dan ibunya tinggal bersama kakek sekalian membantu nenek.

”ia ba’ tadi ada didepan”

Kakek tersenyum...ia melanjutkan percakapannya.

“tadi pagi...ada yang memberi baba Rp10.000”

“mmm...terus?” pemuda itu mendengarkan khusyuk. Biasanya ada sesuatu yang ingin disampaikan sang kakek kalau sudah bicara seperti ini.

“Buat baba.., uang itu udah nggak terlalu berarti. Abang paham?”

“maksudnya ba?”

kakek itu tidak menjawab tanyanya, ia terus saja bercerita.

“Terus...baba inget ada Asep...baba kasih ke asep, dia senengnya bukan main. Baba seneng ngeliat dia teriak2 ke emaknya dikasih duit”

“mmm...” pemuda itu manggut-manggut. Tadi dia melihat bocah kecil itu memang kelihatan sedang gembira.

“baru aja...ada yang dateng, terus ngasih duit ke baba 20.000”

“maksudnya ba’?”

“Abang...coba ambil hikmahnya. Baba memberi uang pada Asep yang yatim, dimata Allah uang yang baba berikan ke dia itu bukan hilang atau berkurang, melainkan tercatat sebagai amal sedekah. Allah selalu membalas kebaikan hamba-Nya. Jika tidak di dunia, akan dibalas di akhirat kelak. Itu contoh sederhana saja, saat ini Allah langsung memberi ganti yang lebih besar dari yang baba berikan. Betapa memualiakan anak yatim sangat membawa keberkahan. Nabi sangat menyayangi dan mengasihi anak-anak yatim. Abang liat contoh tadi...”

“hmmm...ia ba’ abang paham, semoga abang juga bisa menyayangi dan mengasihi mereka”

Kakek tersenyum...


***

Tak disangka...itu adalah perbincangan terakhir dari kakek ke cucunya. Esok harinya kakek menghadapi sakaratul maut. Ia melihat jelas senyum terakhir kakeknya itu, tak disangka ucapan kakeknya kemarin adalah sebuah nasehat terakhir, wasiat untuk selalu menyanyangi dan mengasihi anak yatim.

Pemuda itu, yang kini punya cita-cita membangun sekolah muslim. Mmm...mungkin impiannya terlalu tinggi, ingin membangun sekolah muslim bertaraf internasional...tapi pertemuannya dengan seseorang beberapa waktu yang lalu mengingatkannya kembali pesan kakeknya itu. “aku juga ingin membangun sekolah. Sekolah untuk anak-anak yatim” katanya. Perkataan orang itu seolah tajam dibatinnya, ia hanya teringat pesan kakeknya Seakan kata-kata itu mengulang dari wasiat terakhir kakeknya.

Ia tersadar...kini memang banyak sekolah muslim yang bisa dibilang bergengsi dan berkualitas. Banyak orang2 muslim mendirikan yayasan pendidikan berbobot. Tapi mirisnya...banyak orang2 muslim sendiri tidak bisa menyekolahkan anak2 mereka ke sekolah itu, lagi-lagi soal biaya. Harus bagaimana???

Cita-citanya kini ingin membangun sebuah lembaga tarbiyah berkualitas untuk mereka yang tidak mampu, para fakir miskin, anak-anak yatim dlsb. Mungkin belum dibilang profesional, tapi ia mencoba berbuat dari lingkungannya. Semoga lebih membawa keberkahan bersama mereka.

*Mengenang kepergian Kakek Aswad*

Friday, March 16, 2007

Izinkan aku mengungkap rasa

Yang lain sudah,

Kapan tibanya untukku?

Satu Tanya dalam batin…’ada apa denganku?’

Mengingatnya malah membuatku sakit perut..

Mendengar katanya disebut, bikin hati merasa tak tentu

Gejala aneh kini melanda

Tidur tak nyenyak, makan tak nikmat...duuuhhh

Saudaraku dimanapun berada

Doakan insan yah agar bisa melewati semua ini

Insan sedang berjuang keras

Insan sedang merapikan semuanya

Semoga bisa berjalan lancar...

Untuk itu,...

Insan izin posting, mo kelarin masalah ini dulu

SKRIPSI QUW!!!

Doakan yah dalam tiap sujudmu...

Sebut namaku...

Insan, bunda, neng, mba, ukhti, kania, dek insan atau apapun panggilanmu untuk saudarimu ini...doakan aku selalu agar dipermudah selalu :)

Ma’achie....

Wednesday, March 07, 2007

Ketika kecewa berbuah Cinta

Dalam makna kita sebagai manusia biasa, justru ada hal lain yang luar biasa Allah berikan sebagai karunia-Nya kepada kita. Kita diberikan satu nikmat berupa rasa yang mungkin secara ilmiah tak dapat dirumuskan darimana dan bagaimana rasa itu tercipta. Namun itu adalah satu karunia yang patut kita syukuri sebagai seorang insan, karena rasa itu ”khusus” diberikan hanya pada kita sebagai makhluk-Nya sebagai seorang manusia.


Tak bisa dipungkiri sebagai manusia inginnya rasa bahagia, rasa cinta, rasa senang atau apapun segala rasa yang menyenangkan hati saja yang melekat dalam kehidupan sehari-hari. Kalau bisa, tak usah ada rasa sedih, kecewa, pun takut dan sebagainya...

Seperti yang pernah insan ungkapkan dalam blog sebelumnya...bahwa rasa memang tak pernah muncul dalam saat yang berbarengan. Detik ini senang...mungkin saja sedetik kemudian berubah duka. Kala duka dan sedih melanda, bukankah peraduan nyaman kita adalah ketika kita bisa meluapkan kesedihan itu kepada yang mengerti diri kita, Dialah Allah yang menciptakan kita.

Semakin kusadari, bahwa dari rasa kecewa ini, mungkin Allah hendak menyadarkan kita akan keterlenaan dari rasa bahagia...atau rasa sedih yang kita alami, menyadarkan kita dari terbuainya rasa senang. Karena mungkin saja keterlenaan itu membuat kita lupa sebagai makhluk-Nya. Sungguh...sadarkah kalau ini merupakan bentuk kasih sayang-Nya??

Dalam heningan sujudku penuh harap, Ya Rabb jangan biarkan hamba larut dalam rasa fana, tapi biarkan hamba terus terhanyut dalam aliran nada cinta dan kasih-Mu yang abadi, jika rasa itu berupa kecewa...biarkan berjalan kalau itu bisa membuatku semakin cinta pada-Mu...jika rasa itu berupa sedih biarkan tetap kurasa kalau itu bisa membuatku merasakan hangatnya kasih-Mu. Karena kebahagiaan bagiku adalah ketika aku selalu berada dalam naungan-Mu.

Maka izinkan aku mengungkap rasa...terima kasih ya Rabb, dalam rasa kecewa ini justru membuatku semakin dekat dengan-Mu.


Dalam perenungan...diiringi musiknya MLTR -Breaking My Heart- (lho?? Suer gak sengaja lagunya yang keluar itu!) selanjutnya...I love U Allah... :)