Pages

RSS

Friday, March 23, 2007

Wasiat dari kakek

Entah kenapa, hari itu ia ingin sekali menjenguk kakeknya. ‘Baba’ begitu ia memanggil kakek kesayangannya. Tanpa ragu, ia berangkat berkunjung kerumah kakek.

Sang kakek sedang tidur-tiduran dalam ‘bale’ panjang dikamarnya. Pemuda itu mendekat dan menyapa hangat. Sang kakek gembira dengan kedatangannya. Kedatangannya disambut dengan senyum ramah dari gurat tua wajahnya. Kakek bangkit duduk mendekatinya. Ia meminta tolong untuk dipijat, dikerik badannya karena merasa kurang enak badan. Pemuda itu pun menurutinya.

”Abang...liat Asep didepan?”

Abang, panggilan untuk pemuda itu. Sedangkan Asep adalah bocah kecil yang kini tinggal dirumah kakek. Masih ada hubungan saudara jauh. Ia diasuh karena ia yatim, kakek itu sangat memuliakan dan ingin selalu menjaga anak yatim. Jadi, asep dan ibunya tinggal bersama kakek sekalian membantu nenek.

”ia ba’ tadi ada didepan”

Kakek tersenyum...ia melanjutkan percakapannya.

“tadi pagi...ada yang memberi baba Rp10.000”

“mmm...terus?” pemuda itu mendengarkan khusyuk. Biasanya ada sesuatu yang ingin disampaikan sang kakek kalau sudah bicara seperti ini.

“Buat baba.., uang itu udah nggak terlalu berarti. Abang paham?”

“maksudnya ba?”

kakek itu tidak menjawab tanyanya, ia terus saja bercerita.

“Terus...baba inget ada Asep...baba kasih ke asep, dia senengnya bukan main. Baba seneng ngeliat dia teriak2 ke emaknya dikasih duit”

“mmm...” pemuda itu manggut-manggut. Tadi dia melihat bocah kecil itu memang kelihatan sedang gembira.

“baru aja...ada yang dateng, terus ngasih duit ke baba 20.000”

“maksudnya ba’?”

“Abang...coba ambil hikmahnya. Baba memberi uang pada Asep yang yatim, dimata Allah uang yang baba berikan ke dia itu bukan hilang atau berkurang, melainkan tercatat sebagai amal sedekah. Allah selalu membalas kebaikan hamba-Nya. Jika tidak di dunia, akan dibalas di akhirat kelak. Itu contoh sederhana saja, saat ini Allah langsung memberi ganti yang lebih besar dari yang baba berikan. Betapa memualiakan anak yatim sangat membawa keberkahan. Nabi sangat menyayangi dan mengasihi anak-anak yatim. Abang liat contoh tadi...”

“hmmm...ia ba’ abang paham, semoga abang juga bisa menyayangi dan mengasihi mereka”

Kakek tersenyum...


***

Tak disangka...itu adalah perbincangan terakhir dari kakek ke cucunya. Esok harinya kakek menghadapi sakaratul maut. Ia melihat jelas senyum terakhir kakeknya itu, tak disangka ucapan kakeknya kemarin adalah sebuah nasehat terakhir, wasiat untuk selalu menyanyangi dan mengasihi anak yatim.

Pemuda itu, yang kini punya cita-cita membangun sekolah muslim. Mmm...mungkin impiannya terlalu tinggi, ingin membangun sekolah muslim bertaraf internasional...tapi pertemuannya dengan seseorang beberapa waktu yang lalu mengingatkannya kembali pesan kakeknya itu. “aku juga ingin membangun sekolah. Sekolah untuk anak-anak yatim” katanya. Perkataan orang itu seolah tajam dibatinnya, ia hanya teringat pesan kakeknya Seakan kata-kata itu mengulang dari wasiat terakhir kakeknya.

Ia tersadar...kini memang banyak sekolah muslim yang bisa dibilang bergengsi dan berkualitas. Banyak orang2 muslim mendirikan yayasan pendidikan berbobot. Tapi mirisnya...banyak orang2 muslim sendiri tidak bisa menyekolahkan anak2 mereka ke sekolah itu, lagi-lagi soal biaya. Harus bagaimana???

Cita-citanya kini ingin membangun sebuah lembaga tarbiyah berkualitas untuk mereka yang tidak mampu, para fakir miskin, anak-anak yatim dlsb. Mungkin belum dibilang profesional, tapi ia mencoba berbuat dari lingkungannya. Semoga lebih membawa keberkahan bersama mereka.

*Mengenang kepergian Kakek Aswad*

4 comments:

Muhammad Ilham said...

full apresiasi...
pelajaran bisa datang dari mana dan dari siapa saja.
Asalkan kita masih melihat dengan mata nurani.

Salam,
your bro
[Muhammad Ilham]

HENDRO DARSONO said...

Ustadz Yusuf Mansyur sering memberikan wejangan kepada kita agar membudayakan sedekah karena bersedekah bisa mengatasi berbagai persoalan kehidupan. Wassalam.

Anonymous said...

Setuju sekali mba....untuk Sekolah Orang Dhuafa. Di kota saya juga justru sekolah muslim hanya terjangkau untuk orang yang mampu. Seharusnya mereka juga memberikan kesempatan untk Dhuafa...sekian persen gitu?

Semoga planning-nya lancar.
Save Dhuafa...

(mashuri.blogspot.com)

elwita said...

Kini saatnya, membulatkan tekad untuk sama2 memajukan 'smart club'. Siapa lagi klo bukan untuk mereka...